SHIN MIMIBUKURO DAI ICHIYA - KISAH #97 : "USHI-ONNA" DAERAH ROKKO
"Kau pernah dengar cerita soal wanita sapi (ushi-onna), tidak?"
Aku pernah menanyakan ini kepada juniorku. Ini karena kampung halamannya dekat dengan Ashiya, makanya aku menanyakannya.
"Hah? Pernah dengar cerita soal wanita di jam sapi (ushi-onna)?"
Dijawab dengan pertanyaan balik seperti itu amat membuatku terkejut.
Penggambaran ushi-onna dengan penulisan 丑女 yang digambarkan oleh juniorku benar-benar berbeda dengan ushi-onna dengan penulisan 牛女 yang kumaksudkan. Akan tetapi, belakangan aku secara tak terduga menemukan persamaan antara keduanya.
Biar kuperkenalkan terlebih dahulu cerita ushi-onna yang disebutkan oleh junior itu!
Juniorku itu sangat suka berkendara dengan motor, jadi ia sering mengajak tiga atau lima temannya untuk berkeliling dengan motor bersama di sekitaran Gunung Rokko. Salah seorang dari temannya yang ikut berkendara menyebutkan bahwa ada desas-desus penampakan hantu orang tua dan anaknya yang bergentayangan sebuah kuil di Gunung Rokko.
Mereka pun memutuskan untuk melakukan ekspedisi bermotor ke sana demi menyelidiki apakah benar ada hantu di lokasi tersebut. Meski rumor hantu orang tua dan anaknya ini terkenal, tetap saja hanya sebatas rumor.
Namun, tempat dan waktu kemunculan hantu yang didesas-desuskan ini sangat pasti. Waktu kemunculannya adalah pada pukul dua dini hari, yang juga merupakan jam sapi; antara jam satu hingga tiga dini hari. Hantu ini juga berwujud pasangan ibu dan anak, itulah sebabnya disebut wanita di jam sapi atau ushi-onna.
Rombongan pemuda yang mengendarai sepeda motor ini pun tiba kuil pada tengah malam. Mereka memarkir sepeda motor di depan kuil, lalu memasuki kuil dengan membawa senter.
Di sekitaran hanya gelap gulita.
Mereka mendorong kisi pintu kayu aula utama dan melangkah masuk. Setelah menyalakan lampu redup di aula utama, mereka mulai menceritakan kisah hantu. Di saat cerita semakin tegang, salah seorang dengan sompral berkata, "Hantu itu tidak bakal muncul!" Tiba-tiba, angin tak mengenakkan bertiup, mereka semua menoleh ke luar pintu pada saat yang bersamaan. Hantu!
"Uwah!"
Semuanya langsung berhamburan dari kuil menuju tempat memarkir motor. Setelah menaiki sepeda motor masing-masing, mereka tancap gas dan segera kabur dari kuil.
"Hantunya muncul!"
"Iya! betulan tampak!"
"Rumornya betulan!"
"Iya! Iya!"
Tengah berkendara cukup lama, salah seorang baru menyadari ada sepeda motor yang tidak ikut.
"Heh! Jumlah motornya kurang!"
"Hah? Gawat! Orang itu tidak ikut."
"Gimana bisa?"
Mereka semua menunggu sebentar, tetapi sepeda motor yang tertinggal tidak kunjung datang, mau tak mau mereka harus kembali ke kuil.
Benar saja, kelihatan sebuah sepeda motor masih terparkir di depan kuil.
"Jangan-jangan orang itu masih di dalam ...."
Ini sungguh mengkhawatirkan. Tapi tidak ada yang berani masuk dan mencarinya. Mereka pun memutuskan untuk menunggu di luar kuil sampai fajar.
Akhirnya, matahari terbit yang ditunggu-tunggu datang juga, pemandangan sekitar berangsur-angsur menjadi lebih jelas.
Jika hari itu matahari sedang bersinar lemah, entah seperti apa jadinya pemandangan di sekitaran sana.
Mereka semua mulai bangkit dan berjalan ke kuil.
Benar saja, orang itu ada di dalamnya. Teman mereka ini sudah tidak sadarkan diri di lantai.
Sesadarnya kembali, ia masih dalam keadaan setengah sinting sehingga harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Mendengar cerita ini, lima orang pecinta sepeda motor, termasuk yang menceritakan pada mereka, juga pergi ke kuil yang sama untuk melihat sosok ushi-onna yang sering dibicarakan.
Lantaran mengendarai motor terlalu menakutkan, kelimanya naik satu mobil van dan tiba di kuil pada tengah malam.
Mereka memarkir mobil di pekarangan depan kuil dengan bagian depan menghadap jalan keluar agar bisa melarikan diri kapan saja. Lampu depan mobil juga menerangi jalur pelarian dengan terang, rem dalam posisi terinjak, serta memasukan gigi satu; siap dinyalakan kapan pun, volume sepiker juga diputar hingga maksimal. Kelimanya menutup pintu mobil rapat-rapat dan duduk di dalamnya sembari menunggu.
Tempat munculnya hantu adalah di dalam kuil. Jadi, berdiam diri di dalam mobil sama saja mereka takkan melihat hantu.
Kendati sudah tahu begitu, tak satu pun yang mau keluar dari mobil lantaran udara terasa dingin .... Waktu akhirnya menunjukkan pukul dua dini hari. Lima menit berlalu, lalu sepuluh menit selebihnya.
Tidak ada yang kelihatan. Saat semua merasa lega sekaligus kecewa, salah satu teman di kursi belakang ujug-ujug berteriak.
"Uwah! Penampakan!"
"Kenapa? Di mana?”
"Di depan ... di depan!" dia menunjuk-nunjuk ke depan setengah edan.
Lampu depan menerangi pemandangan di depan mobil dengan jelas, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan hantu.
"Kau salah lihat, ya?”
"Kaca spion!"
Mereka melihat ke arah yang ia tunjuk.
Di kaca spion, terpampang jelas pantulan sosok seorang bocah lelaki yang mengenakan seragam taman kanak-kanak.
"Penampakaaan!"
Mereka segera menyalakan mobil dan pergi dengan cepat.
Kalau dipikir-pikir lagi, aku masih bertanya-tanya, apa betul bocah itu benar-benar hantu? Bisa jadi juga dia hanya bocah biasa. Tapi, sungguh tidak wajar sosok seperti itu berada di kuil tanpa ada orang lain di sekitarnya pada pukul dua dini hari, berdiri seorang diri di kegelapan pula. Apa mungkin dia benar-benar hantu?
Itulah kisah pertemuan juniorku dengan ushi-onna.
Ushi-onna yang menampakkan diri pada saat jam ushi (sapi).
Sejak zaman dahulu, dikatakan bahwa hantu akan muncul pada jam sapi; saat semua tumbuhan dan pepohonan tertidur. Akan tetapi, belum pernah kudengar ada hantu¹ dengan nama ushi. Apalagi hantu dalam cerita ini tidak hanya wanita, tapi juga termasuk seorang anak-anak. Biasanya, hantu seperti itu akan disebut "hantu ibu dan anak", atau "hantu yang membawa anak", atau langsung dinamakan bersama nama kuilnya, seperti "hantu kuil xx" misalnya.
Karena hantu wanita ini menampakkan diri pada jam sapi, makanya disebut ushi-onna.
Apakah penamaan semacam ini merupakan selera anak muda yang unik? Ataukah ada rahasia tersembunyi di dalamnya?
Terakhir, sebagai catatan tambahan : pada tahun 1988, ada laporan singkat di majalah mingguan Shukan Asahi mengenai rumor dedemit ushi-hito² yang beredar di kalangan pembalap sepeda motor liar di kawasan Gunung Rokko. Laporan ini menyebutkan :
"Ada sebuah rumor yang beredar di kalangan pembalap sepeda motor liar di jalan pegunungan mengenai monster ushi-hito yang mengerikan. Monster itu bertubuh sapi hitam dari leher ke bawah, dan berwajah dedemit wanita dari leher ke atas. Monster itu mengejar mobil para pembalap motor liar dengan kedua kaki depan dan kedua kaki belakangnya yang menapak ke tanah di saat bersamaan."
Meskipun penampilan ushi-onna yang kudengar selama ini justru bertolak belakang antara bagian atas dan bawahnya, pendeskripsian "berwajah dedemit wanita" di atas juga mengandung unsur wanita. Dengan kata lain, seharusnya bisa dianggap sebagai jenis ushi-onna juga, bukan?
Penerjemah : Owi-chan & Redi
¹Dalam kepercayaan Jepang, hantu dan monster adalah dua hal berbeda. Singkatnya, hantu atau yurei adalah arwah gentayangan, sementara monster atau kaibutsu adalah makhluk hidup misterius dengan kekuatan supernatural.
²Artinya manusia sapi.
Komentar
Posting Komentar