SHIN MIMIBUKURO DAI ICHIYA - KISAH #85 : SESUATU YANG MENGETUK LANTAI

  Di sebuah sekolah di pinggir laut di Prefektur Kanagawa, seorang siswa laki-laki tersapu gelombang besar hingga tidak diketahui keberadaannya.

  Hingga malam hari, barulah jenazah pelajar tersebut terapung hingga ke tepian pantai.

  Guru sekolah privat bersama masyarakat setempat yang menemukannya bermaksud menempatkan jenazah tersebut di salah satu rumah warga desa terdekat untuk sementara, menunggu sampai orang tua mendiang datang dan mengambil jenazahnya.

  Pemilik rumah bersedia menyediakan tempat, namun meminta agar jenazah diletakkan pada tempat yang tidak terlihat agar tidak mengganggu usahanya.

  Mereka kemudian membuka tikar tatami dan papan penutup lantai, meletakkan jenazah di atas pasir di bawahnya, kemudian menutup papan beserta tatami-nya kembali sampai kedatangan orang tua sang mendiang.

  Selang beberapa saat, tok, tok, papan penutup lantai mengeluarkan suara ketukan.

  Awalnya, orang-orang tidak menghiraukan.

  Tok, tok, papan tempat tidur mengeluarkan suara ketukan lagi.

  Seseorang berkata dengan gugup, "Ada suara!"

   "Iya!"

  "Jangan-jangan yang meninggal itu mati suri?”

  "Bagaimana mungkin? Anak itu benar-benar sudah meninggal. Pupilnya melebar, mustahil ..."

  "Tapi, aku betul-betul mendengar suara itu."

  Tok, tok ....

  Suara itu terdengar lagi.

  Astaga! Mungkin sang mendiang memang benar-benar mati suri! Mereka segera membuka tatami beserta papan tempat tidur untuk memeriksa apakah ada sesuatu yang tidak biasa pada jenazah tersebut.

  Jenazahnya masih dalam keadaan meninggal. Tubuh yang tertutup kain putih itu tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan apa pun.

  Mereka pun kembali memasang papan penutup lantai dan tikar tatami.

  "Tidak ada apa-apa!"

  "Iya! Bikin aku ketakutan setengah mati saja."

  Saat semua tersenyum getir, suara tadi terdengar kembali.

  Tok, tok, papan penutup lantai terketuk.

  Mereka semua terdiam.

  Tok, tok , suaranya persis seseorang memukul papan penutup lantai dengan tinjunya dari bawah.

  Suara ini semakin dekat.

  Tok, tok, tok, tok.

  Suara pukulannya semakin keras, seolah ingin menegaskan keberadaannya.

  "Kita harus bagaimana?"

  "Mesti melakukan apa? Tidak mungkin membiarkan mayat itu begitu saja.”

  "Siapa saja, tolong ambil senter dan lihat ke bawah sana ...."

  "Tidak, tidak, aku ... aku tidak berani.”

  Tok, tok, tok, toktoktoktoktoktoktoktoktoktok, toktoktok, duagduagduag!

  Suaranya menjadi semakin keras, seakan papan penutup lantai hendak dijebol.

  Papan penutup itu juga bergetar, saking kuatnya sehingga tatami nyaris terlempar keluar.

  "Apa yang mesti kita lakukan ....”

  Sementara semua orang panik, pukulan itu tiba-tiba berhenti.

  "Suaranya ... berhenti ...."

  Saat itulah ....

  "Permisi, anak saya ...."

  Orang tuanya datang untuk mengidentifikasi jenazah baru saja tiba.

  Setelah melihat jenazah dengan wajah berlinang air mata, mereka membawa pulang jenazah itu keesokan paginya.

Penerjemah : Owi-chan

Komentar