SHIN MIMIBUKURO DAI ICHIYA - KISAH #14 : SEDAN COKELAT
Kisah berikut terjadi sepuluh tahun lalu ketika temanku pergi ke Kyushu untuk berbulan madu.
Suatu malam, pasangan pengantin baru ini berkendara melewati Nichinan Kaigan Pearl Road. Menurut yang telah direncanakan, mestinya mereka sudah sampai di hotel dari jauh-jauh waktu, namun mereka agak terlambat tiba lantaran terlalu banyak singgah di sepanjang perjalanan. Sebelah kiri Pearl Road merupakan pegunungan, sementara lautan di sebelah kanannya. Visibilitas di sepanjang jalan ini sangat baik sehingga lampu depan kendaraan yang datang dari arah berlawanan maupun lampu belakang kendaraan yang berada jauh di depan dapat terlihat dengan jelas. Hanya saja, jumlah kendaraan yang lalu-lalang sangatlah sedikit, membuat perjalanan di jalan ini terkesan sunyi. Tiba-tiba, sebuah sedan berwarna cokelat melaju cepat di belakang mereka. Pasangan pengantin baru ini sedang melaju sangat kencang agar bisa segera sampai di hotel, namun lampu belakang sedan yang telah menyodok ke depan mereka itu sudah tidak terlihat lagi dalam sekejap mata.
"Pasti ngebutnya sangat cepat sampai terlalu jauh di depan!"
Selang beberapa saat, sedan berwarna cokelat lainnya menyusul dari belakang mereka dengan kecepatan tinggi.
"Hah?"
Keduanya memperhatikan sedan tadi dengan seksama.
Sedan cokelat itu hilang dari jarak pandang sesudah menikungi belokan di depan.
Mobil yang dikemudikan oleh temanku pun juga menikung di sana.
Usai berbelok, jarak pandang kembali terbuka, namun sedan yang seharusnya berada di depan mereka itu tidak nampak ada.
"Barusan ada sedan cokelat yang menyalip kita, kan?" tanyanya pada istri barunya yang duduk di sebelahnya.
"Iya, dari tadi ada banyak sekali mobil yang menyalip kita, tapi semuanya sedan warna cokelat."
"Ada banyak sekali!?"
Meski sudah mengoper gigi dan mempercepat laju kendaraan untuk mengejar, ia tak kunjung mendapati kendaraan lain di depan, sedan coklat itu benar-benar sudah menghilang.
Pasalnya mobil mereka sudah dilengkapi dengan radio CB. Ia pun sudah mencoba menggunakannya untuk menghubungi kendaraan yang ada di depan.
Radio akhirnya merespons. Rupanya dari sebuah truk yang berjarak sekitar lima kilometer di depan dan melaju ke arah mereka. Setelah menjelaskan keseluruhan situasinya kepada sang sopir truk, mereka sepakat untuk bertemu di tempat parkir yang berjarak tiga kilometer di depan.
Setibanya mobilnya di tempat parkir, ia lihat sebuah truk besar terparkir di sana.
"Halo, saya orang yang sebelumnya menghubungi lewat radio."
"Ya."
Seorang sopir berusia tiga puluhan dan berperangai tegas keluar dari mobil. Setelah memperkenalkan diri, ia bertanya kepada sang sopir truk :
"Anda lihat sedan berwarna coklat itu lewat?"
"Tidak, saya tidak melihatnya."
"Ini aneh sekali. Mobil saya betul-betul disalip sedan berwarna cokelat. Istri saya bilang, mobil yang sama sudah beberapa kali menyalip mobil kami."
"Mungkin mobil itu berhenti dulu, terus jalan lagi … bisa jadi gara-gara mobilnya mogok atau mungkin terjadi kecelakaan, ya?"
"Sepertinya, sih, bukan begitu, tapi menurut kami juga cuma itu yang paling mungkin."
"Yah, kita coba kirim sinyal radio lagi saja.”
Sang sopir truk pun mengambil radio di kursi pengemudi dan mengirimkan sinyal panggilan sekali lagi.
Ada respons lainnya. Kali ini sepertinya dari seorang sopir truk juga. Sopir truk yang ini melaju dari arah yang sama dengan mobil temanku, dan sedang menuju ke tempat mereka.
"Kalau Anda melihat sedan berwarna coklat, tolong beri tahu kami. Kami khawatir mobil itu mungkin jatuh di suatu tempat karena suatu kecelakaan."
"Sedan cokelat? Saya barusan menyalipnya!"
"Serius? Berarti sedan coklat itu pasti tidak kenapa-kenapa, kan."
"Betulan, pasti dia berhenti dulu di tengah jalan!"
Kekhawatiran di benak mereka pun seketika terobati.
Beberapa saat kemudian, sopir truk yang baru saja berbicara di radio mengirimkan sinyal.
"Ini dari Bapak yang barusan, ya? Apa sedan yang Anda salip tadi sudah melewati mobil Anda?"
"Enggak ada, sih ...."
Akhirnya, lantaran cemas kalau-kalau sedan itu memang mengalami kecelakaan, temanku melaporkan kejadian tersebut kepada polisi dan Perusahaan Umum Jalan Raya Jepang melalui panggilan telepon darurat. Namun, tanggapan kedua pihak tersebut ternyata mengecewakan dan acuh tak acuh, mereka hanya bilang, "Hah, muncul lagi, ya!" Bahkan tidak mau repot-repot mengirimkan bantuan.
(Penerjemah : Owi-chan)
Komentar
Posting Komentar